OKU Selatan Sumsel, wartamedia.id– Sejak tiga hari yang lalu kejadian fenomena alam kembali terulang di Danau Ranau, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan. Ribuan ikan mengambang ke permukaan air danau sehingga membuat warga sekitar berlomba-lomba menangkap ikan tersebut untuk di konsumsi pribadi maupun dijual ke pengunjung yang sedang berwisata.
Aktivitas ini mengakibatkan ikan danau yang biasa dijual dengan harga yang cukup tinggi harus dijual dengan harga murah karena hasil tangkapan yang berlimpah.
Salah satu pengunjung Risti mengatakan biasanya harga ikan mujair per ekor Rp 40 hingga 50 ribu, kini menjadi Rp 15 ribu hingga Rp 10 ribu.
“Jadi harga ikan lebih murah dibanding biasanya”, jelasnya. Sabtu (18/02/2023).
Dikatakannya fenomena alam ini dikenal warga setempat sebagai musim ikan mabuk atau Bintilihan. Bintilihan ini menjadi ajang mencari ikan tanpa modal bagi warga sekitar. Cukup dengan menggunakan jaring dan alat rumah tangga yang berbentuk bakul atau keranjang, mereka dapat menangkap ikan danau dengan mudah. Biasanya nelayan sekitar harus menggunakan perahu motor untuk mencari ikan.
Akibat fenomena alam ini banyak pedagang ikan dadakan menjual hasil tangkapan warga. Bahkan sejumlah pemilik keramba di Danau Ranau ini memanen ikannya lebih awal, meski harus merugi dalam jumlah besar.
Melimpahnya ikan hasil tangkapan warga ini memudahkan pengunjung untuk mendapatkan ikan danau karena sebagian para penangkap iklan mabuk ini menjualnya di pinggir jalan dengan harga yang sangat murah.
“Biasanya harga 1 tingkil ikan danau yang kecil dijual dengan harga Rp. 25.000, sekarang diobral dengan harga Rp. 10.000 hingga Rp. 5.000”, kata Hendri salah satu pengunjung.
Sementara itu Nana Hartina.,SE.,M.S.I, Kepala Bidang Destinasi Wisata dan Industri Disparbud kabupaten OKU Selatan, mengatakan fenomena alam Bintilihan yang mengakibatkan matinya ribuan ekor ikan di Danau Ranau ini karena tingginya kandungan belerang yang muncul sejak beberapa hari terakhir.
Dikatakannya Bintilihan yang terjadi beberapa hari ini merupakan kejadian kedua di tahun 2023. “Sebelumnya pada awal tahun kemarin juga sempat terjadi fenomena ikan mabuk atau Bintilihan ini”, jelasnya
Lebih lanjut ia mengatakan, Bintilihan ini juga merupakan terbesar pasca terjadinya fenomena alam Bintilihan pada tahun 1995 yang lalu.
“Fenomena ini paling ditunggu-tunggu masyarakat, karena masyarakat bisa berbondong-bondong mencari ikan bahkan bisa didapat dengan cara yang sangat mudah dan pembeli dapat membeli ikan harga yang sangat murah”, pungkasnya (Ayik/Red)